Wednesday, 6 January 2016

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dakwah dimasa depan akan semakin rumit dan sulit, disebabkan dampaknegatif dari cara hidup masyarakat industial yang semakinmodern. Namun, islam mengajarkan bahwa semakin tinggi tinggat kerumitan dan ksesulitannya dalam perjuangan akan semakin terbuka peluang- peluang berjihad
Dalam pencapaian tujuan perubahan adalah hal yang utaan akan dicapai, maka dari itu sesunguhnya para da’i harus mengerti peran dari dakwah itu sendiri.
1.2  Tujuan
Sebelum jauh lagi melangkah maka seorang da'a harus mampu mengetahui peranan dakwah itu sendiri,itu sebab salah satu tujuan dari makalah ini agar teman- teman mahasiswa mengerti apa yang dikatakan oleh peranan manajemen dakwah. Dari hal yang akan dibahs pada bab berikutnya diharapkan bisa memberiakan sedikit banyaknya pengetahuan mengenai peran manajemen dakwah dalam masyarakt.
1.3  Rumusan Masalah 
Adapun rumusan masalah yang akandiambil dari pembahasan ini ialah:
a)      Apakah peranan dakwah tersebut ?
b)      Apa sajakah rintangan dalam  dakwah ?
c)      Pentingkah mengetahuai perananmanajemen dakwah tersebut ?





BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Peranan Manajemen Dakwah
Saat ini masyarakat dunia berada dalam eramodern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi. Kemajuan yang paling menonjol dibidang teknologi adalah dengan lahirnya teknologi dan informasi yang canggih. Karena itu era ini biasa disebut dengan abad globalisasi informasi.[1] Diantara manusia ada yang memperhatikan islam hanya dari sisi yang bersifat formalitas dari pada substantif, hanya pada bentuk pada betuk dan bukan pada hakikat. [2]
Ajaran islam adalah konsepsi yang sempurna dan komprensif. Karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia, betapun hanya garis besarnya saja, baik yang bersifat duniawi maupunukhrawi, maka tepat kiranya statement yang diajukan oleh fathih osman : “ Bahwa islam hanya berurusan dengan masalah spiritual, tanpa sedikitpun mengurus masyarakat dan negara, baragkali akan sangat jauh berbeda dengan kenyataan bahwa islam menyediakan sistem yang konprehensif dan detail mengenai kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. “.
            Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT. Di dunia ini berjalan sesuai sunnahtullah sehingga terlihatbetapa indahnya mozaik kehidupan ini.manusia sebagai khalifah Allah diberi amanah dan wewenang untuk mengatur dan memakmurkan muka bumi ini agar kemaslatan bagi seluruh manusia ataupun makhluk. Indonesia yang dikenal dengan negeri sejuta pesona, tongkat ditanam jadi tanaman, banyak sungai madu dan susu kini sedang kehilangan pesonanya. Nirwana Asia ini sedang dirundung kamalangan dan sedang mengiba perhatiannya dan bantuan kanan dan kiri., permusuhan dan konflik sedang dipertontonkan. Ironisnya semua hal ini berlangsung justru di indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis, beradab, dan katanya siap landas.[3]
            Kelahiran da’i dakwah dengan harapan mampu memaikan perannya sebagai juru kebaikan, dengan mengajak manusia kepada jalan yang telah Allah hamparkan kepada diri mereka, yang mana merupakan jalan yang membentuk merekamenjadi wakil- wakil Allah dalam melestariakn ajaran agama islam kedalam negeri mereka tempati.
Dakwah dimasa depan yang semakin rumit dan sulit, disebabkan dampak negatif dari masyarakat industri yang semakin modern. Namun,islam mengajarkan semakin tinggi tingkat kerumitan  dan kesulitan  dalam perjuangan akan semakin terbuka peluang untuk berjihat Fisabilillah sebagai salah satu mata rantai menuju mardhatillah.[4]
            Menurut Robret L. Katz, bahwa seorang manajer untuk dapt menjalankan roda organisasi membutuhkan tiga keahlian atau keterampilan hakiki yaitu : pertama keterampilan- keterampilan teknis; yakni mencakup keahlian dan pengetahuan dalam bidang tertentu.  Kedua, keterampilan – keterampilan manusiawi; yaitu kemampuan untuk bekerja sama dengan baik dengan orang lain, baik secara individual ataupun dengan kelompok. Dan Ketiga,keterampilan- keterampilan konseptual; yakni kemampuan untuk berpikir dan menalar situasi- situasi abstrak untuk melihat organisasi untuk kesamaan dan hubungan antra sub- sub unit.[5]
            Penguasaan terhadap berbagai cabang ilmu secara khusus dalam dakwah, da’i dituntut untuk memenuhi kebutuhan amal islami secara ilmiah dalam semua aspek kehidupan, seperti bidangpertanian, perindustrian, dan dalambidang pendidikan dan informasi.salah satu peran penting da’i adalah menegarahkan penerima dakwah agar menguasai spesialis ilmu tertentu. Meskipun bidang pertanian dan perindustrian paling menonjol, tetapi bidang yanglain harus juga diperhatikan.[6]
           


2.2       Pergerakan Dan Peran
                        Masa transisi/ pancaroba adalah masa yang dilalui manusia sebelum sampai pada kedewasaan. Masa ini memiliki beberapa karakteristik dan ciri khas yang mana dapat dijabarkann diantaranya :
a)      Kekuatan dan pertumbuhan yang cepat.
b)      Vitalitas yang bertambah.
c)      Perasaan yang terombang ambing.
d)     Sering terbuai oleh khayalan.
e)      Sering tergesa-gesa.
Berbagai karakteristik dan ciri khas tersebut pada hakekatnya bukanlah sesuatu yang buruk. Akan tetapi, jika tidak diarahkan dengan baik, ia akan menjadi bumerang bagi pribadi- pribadi yang bersangkutan. Maka dari itu, adalah kebutuhan yang tak bisa ditawar- tawar lagi demi menguatkan kebangkitan islam yang mulai melemah, selalu terus menerus mematangkan agar tidak menyimpang.[7]
pergerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan semua elemen organisasi untuk melakukan aktivitas dakwah yang telah direncanakan.[8] dalam melaksanakan perencanan yang baik maka ada beberapa poin yang menjadi permasalahan menuju kematangan pergerakan dakwah hingga peran Manajemen dakwah terlaksana.diantaranya :
A.    Retorika dan perdebatan
Sikap negatif adalah kebiasaan membicarakan kesalahan pihak lain dalam mengungkapakannya secara berlebihan yang mana semua itu disebut dengan “ kritik ‘ , “ nasehat “ ataupun sebutan lainnya, perdebatan yang tidak sehat juga merupakan tindakan yang negatif, segala persoalan yang sebenarnya tidak menghasilakan apa- apa selain kesombongan diri.
Artinya :
“ Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar “( Az-Zukhruf: 58 ).
                Diantara manusia ada yang suka  mengobarkan perdebatannya sampai pada tingkatan pertengkaran yang sengit. Hal semacam itulah yang kemudia disinggung oleh Nabi Muhammad S.A.W “ Sesungguhnya orang- orang yang paling dibenci Allah adalah yang bertengkar dengan sengit. “Permusuhan yang sengit antarmanusia terkadang sampai membuat mereka berusaha membalikkan yang baathil menjadi yang benar, dan yang benar menjadi bathil.didalam bukunya Ali abdul Halim mengatakan bahwa seorang da’i tidak akan mungkin dapat melaksanakan dakwah denganbaik kecuali jika memiliki imu,pengertian atau pemahaman, dan kebudayaan.[9]
B.     Fanatisme
Menurut Syaikh Al- islam Ibn Taimyah, menjelaskan bahwa fanatisme seseorang secara mutlak pada suatu kelompok merupakan perbuatan orang jahiliyah. Ini jelas dilarang dan dicela. Berbeda dengan perbuatan mencegah orang – orang zhalim atau membantu orang dizhalimi, tanpa didorong oleh permusuhan, maka itu adalah baik, bahkan wajib hukumnya.seorang fanatik adalah orang yang tidak melihat selain dirinya, tidak mendengar kecuali ucapannya sendiri, dan tidak percaya dengan orang lai dari pada kelompok mereka dan sekaligus mematok garis finish.[10]


C.     Kekerasan dan kebencian
Sebagaimana islam menyerukan kelemah- lembutan dalam berdakwah dan bermu’amalah, islam juga menyerukan kasih sayang dan menganggap sebagai inti dari akhlaknya. Menolak kekerasan serta mencelanya, juga mencela orang berperangai keras. Barangsiapa membaca sunnah- sunnah Rasul, baik perbuatan maupaun perbuatan, maka akan menemukan metode kelemahlembutan dalam berdakwah dan berinteraksi.
Hadist dari Aisyah Radliyallahu’Anha “ Sesungguhnya Allah itu lembut dan menyukai kelemah- lembutan dalam segala hal “
D.    Sikap berlebihan
Sikap berlebihan dalam agama merupakan fenome yang sering kali kita dengar dikalangan masyarakat ataupun bisa jadi pada diri da’i itu sendiri, diantaranya ialah :
a.       Tidak mengakui pendapat orang lain
b.      Saling mengkafirkan
c.       Buruk sangka
d.      Memaksa keras untuk beramal
e.       Keras bukan pada tempatnya.
Da'i memerlukan sifat- sifat khusus yang merupakan persyaratan baginya, sehingga da’i memahami bidang- bidang amlannya serta memiliki keilmua yang berlebih dalam pendidikan dan juga tentunya cerdas serta sifat persaudaraan yang tinggi.[11]
2.3       Sikap tindakan pencapain peran
Peran manajemen dakwah sebagai pencapaian dakwah yang berkualitas tentunya sangat diperhatikan dalam amplikasinya sebagai para da’i, baik itu peran antar pribadi , pemimpin, hubungan, informasi, juru bicara dan motivator, dalam hal ini para pendakwah dituntut untuk mengatasi permasalahan yang ad dalam masyarakat.
Agar wasilah mencapai sasarannya, perlu dibahas sebagian unsur- unsur pokonya. Apabila dipelihara dengan baik, unsur-unsur inilah yang akan mampu mengantarkannya mencapai tujuan.bBerhati- hati jauh dari kelalaian merupakan asas yang kuat untuk keberhasilan da’i.
Seorang da’i hendaknya bukan saja pandai mengucapkannya namun juga harus mampu mengaplikasikan segala ucapannya melalui tindakannya serta selalu konsisten stas segala tindakannya, dan dalam bentuk amalan seorang da’i hendaknya menuntur amalan sesuai dengan kondisi mad’unya sehingga ia akan mengerjakannya dengankerelaan dan kebahagian.[12]
Dengan mencermati atondisi umat seperti itu, maka dakwah islam pada masa kini dan masa akan datang perlu dirancang dengan sebaik- baiknya yang sesuai dengan rohani masyarakat[13] sikap toleransi dalam agama sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan serta sikap fanatik,
            Diantara bidang garapan toleransi agama ini ialah penerimaan dialog islam- kristen , selama jelas tujuan- tujuannya, gamblang pengertiannya, dan kaummuslim yang terlibat dalam dialog tersebut merupakan orang-orang yang memiliki kapasitas keagamaan dan keilmuan yang memadai[14] dalam hal ini kita akan melihat betapa besar manfaat dari sikap toleransi tersebut, namun yang sangat disanyangkan munculnya paham liberal yang diusung oleh tubuh dari islam itu sendiri menjadikan masyarakat resah dan dibodoh-bodohkan dalam pemikiran toleransi yang berlebihan dengan berlandasan dengan kekuatan pikiran.




BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Peran manajemen dakwah bagaimana da’i mengurus masyarakat melalui keilmuan mereka dalam mengatasi segala permasalahan yang timbul, baik itu dari antar pribadai, hubungan antar mad’u serta metode dakwah yang digunakannnya.
Peran dakwah dapat dilihat sebagaimana gerakan dakwah masa kini dan yang akan datang, seperti gerakan organisasi islam yang mengusung kebenaran dan sikap yang baik yang tidak merugikan, diantaranya,kekereasan ataupun fanatik, sikap emosional menuju rasional, menyulitkan daripada memudahkan.
3.2       Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangannya, makadariitu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik mendatangnya.



DAFTAR PUSTAKA

Qhardhawi, Yusuf. 2003. Kebangkitan Gerakan Islam.Jakarta : Pustaka Al- Kautsar
Abdul,Halim.2004. Dakwah Fardiyah.Jakarta : Gema insani
Khatib Pahlawan Kayo. 2007. Manajemen Dakwah. Jakarta : Amzah
M.Munir.2009.Manajemen Dakwah.Jakarta : Rahman Semesta
H,Muchtaroom.Zaini. Dasar- Dasar Manajemen Dakwah.Jakarta :Al- Amin Press


[1]M.Munir,Dkk . Manajemen Dakwah. Jakarta( kencana,2009 ) hlm 64
[2] Dr Yusuf Qardhawi. Kebangkitan gerakan islam.Jakarta( Pustaka Al- kautsar) hlm 8
[3] Yusuf Mansur. Membumikan Rahmat Allah. Jakarta ( Zikrul. 2007 0 hlm 52
[4] Khatib pahlawan. Manajemen dakwah. Jakarta ( Amzah :2007 ) hlm 22
[5] Loc.Cit Munir. Hlm 66
[6] Ali abdul Halim. Dakwah Fardiyah. Jakarta ( Gema insani : 2004 0 hlm 120
[7] Yusuf Qhardhawi. Loc.Cit.hlm 2
[8] Munir. Op.Cit hlm 139
[9] Abdul Halim. Loc.Cit hlm 197
[10] Yusuf Qhardhawi. Loc.Cit 240
[11] Ibid hlm 306
[12] Dakwah fardiyah.
[13] Khatib pahlawan. Manajemen dakwah.2007. Jakarta : Sinar Grafika hlm 24
[14] Yusuf qhardhawi hlm 264

No comments:

Post a Comment