BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dakwah
dimasa depan akan semakin rumit dan sulit, disebabkan dampaknegatif dari cara
hidup masyarakat industial yang semakinmodern. Namun, islam mengajarkan bahwa
semakin tinggi tinggat kerumitan dan ksesulitannya dalam perjuangan akan
semakin terbuka peluang- peluang berjihad
Dalam
pencapaian tujuan perubahan adalah hal yang utaan akan dicapai, maka dari itu
sesunguhnya para da’i harus mengerti peran dari dakwah itu sendiri.
1.2
Tujuan
Sebelum
jauh lagi melangkah maka seorang da'a harus mampu mengetahui peranan dakwah itu
sendiri,itu sebab salah satu tujuan dari makalah ini agar teman- teman
mahasiswa mengerti apa yang dikatakan oleh peranan manajemen dakwah. Dari hal
yang akan dibahs pada bab berikutnya diharapkan bisa memberiakan sedikit
banyaknya pengetahuan mengenai peran manajemen dakwah dalam masyarakt.
1.3
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akandiambil dari pembahasan ini ialah:
a) Apakah
peranan dakwah tersebut ?
b) Apa
sajakah rintangan dalam dakwah ?
c) Pentingkah
mengetahuai perananmanajemen dakwah tersebut ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Manajemen Dakwah
Saat ini masyarakat
dunia berada dalam eramodern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pegetahuan dan
teknologi. Kemajuan yang paling menonjol dibidang teknologi adalah dengan
lahirnya teknologi dan informasi yang canggih. Karena itu era ini biasa disebut
dengan abad globalisasi informasi.[1]
Diantara manusia ada yang memperhatikan islam hanya dari sisi yang bersifat
formalitas dari pada substantif, hanya pada bentuk pada betuk dan bukan pada
hakikat. [2]
Ajaran islam adalah
konsepsi yang sempurna dan komprensif. Karena ia meliputi segala aspek
kehidupan manusia, betapun hanya garis besarnya saja, baik yang bersifat
duniawi maupunukhrawi, maka tepat kiranya statement yang diajukan oleh fathih
osman : “ Bahwa islam hanya berurusan
dengan masalah spiritual, tanpa sedikitpun mengurus masyarakat dan negara,
baragkali akan sangat jauh berbeda dengan kenyataan bahwa islam menyediakan
sistem yang konprehensif dan detail mengenai kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
“.
Segala
sesuatu yang diciptakan Allah SWT. Di dunia ini berjalan sesuai sunnahtullah
sehingga terlihatbetapa indahnya mozaik kehidupan ini.manusia sebagai khalifah Allah diberi amanah dan
wewenang untuk mengatur dan memakmurkan muka bumi ini agar kemaslatan bagi
seluruh manusia ataupun makhluk. Indonesia yang dikenal dengan negeri sejuta
pesona, tongkat ditanam jadi tanaman, banyak sungai madu dan susu kini sedang
kehilangan pesonanya. Nirwana Asia ini sedang dirundung kamalangan dan sedang
mengiba perhatiannya dan bantuan kanan dan kiri., permusuhan dan konflik sedang
dipertontonkan. Ironisnya semua hal ini berlangsung justru di indonesia dikenal
sebagai bangsa yang agamis, beradab, dan katanya siap landas.[3]
Kelahiran
da’i dakwah dengan harapan mampu memaikan perannya sebagai juru kebaikan,
dengan mengajak manusia kepada jalan yang telah Allah hamparkan kepada diri
mereka, yang mana merupakan jalan yang membentuk merekamenjadi wakil- wakil
Allah dalam melestariakn ajaran agama islam kedalam negeri mereka tempati.
Dakwah dimasa depan
yang semakin rumit dan sulit, disebabkan dampak negatif dari masyarakat
industri yang semakin modern. Namun,islam mengajarkan semakin tinggi tingkat
kerumitan dan kesulitan dalam perjuangan akan semakin terbuka peluang
untuk berjihat Fisabilillah sebagai
salah satu mata rantai menuju mardhatillah.[4]
Menurut
Robret L. Katz, bahwa seorang manajer untuk dapt menjalankan roda organisasi
membutuhkan tiga keahlian atau keterampilan hakiki yaitu : pertama keterampilan- keterampilan teknis; yakni mencakup keahlian
dan pengetahuan dalam bidang tertentu. Kedua, keterampilan – keterampilan
manusiawi; yaitu kemampuan untuk bekerja sama dengan baik dengan orang lain,
baik secara individual ataupun dengan kelompok. Dan Ketiga,keterampilan- keterampilan konseptual; yakni kemampuan untuk
berpikir dan menalar situasi- situasi abstrak untuk melihat organisasi untuk
kesamaan dan hubungan antra sub- sub unit.[5]
Penguasaan
terhadap berbagai cabang ilmu secara khusus dalam dakwah, da’i dituntut untuk
memenuhi kebutuhan amal islami secara ilmiah dalam semua aspek kehidupan,
seperti bidangpertanian, perindustrian, dan dalambidang pendidikan dan
informasi.salah satu peran penting da’i adalah menegarahkan penerima dakwah agar
menguasai spesialis ilmu tertentu. Meskipun bidang pertanian dan perindustrian
paling menonjol, tetapi bidang yanglain harus juga diperhatikan.[6]
2.2 Pergerakan Dan Peran
Masa
transisi/ pancaroba adalah masa yang dilalui manusia sebelum sampai pada
kedewasaan. Masa ini memiliki beberapa karakteristik dan ciri khas yang mana
dapat dijabarkann diantaranya :
a)
Kekuatan dan
pertumbuhan yang cepat.
b) Vitalitas
yang bertambah.
c) Perasaan
yang terombang ambing.
d) Sering
terbuai oleh khayalan.
e)
Sering tergesa-gesa.
Berbagai
karakteristik dan ciri khas tersebut pada hakekatnya bukanlah sesuatu yang
buruk. Akan tetapi, jika tidak diarahkan dengan baik, ia akan menjadi bumerang
bagi pribadi- pribadi yang bersangkutan. Maka dari itu, adalah kebutuhan yang
tak bisa ditawar- tawar lagi demi menguatkan kebangkitan islam yang mulai
melemah, selalu terus menerus mematangkan agar tidak menyimpang.[7]
pergerakan
dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua
aktivitas dakwah dilaksanakan semua elemen organisasi untuk melakukan aktivitas
dakwah yang telah direncanakan.[8]
dalam melaksanakan perencanan yang baik maka ada beberapa poin yang menjadi
permasalahan menuju kematangan pergerakan dakwah hingga peran Manajemen dakwah
terlaksana.diantaranya :
A. Retorika
dan perdebatan
Sikap negatif adalah
kebiasaan membicarakan kesalahan pihak lain dalam mengungkapakannya secara
berlebihan yang mana semua itu disebut dengan “ kritik ‘ , “ nasehat “ ataupun
sebutan lainnya, perdebatan yang tidak sehat juga merupakan tindakan yang
negatif, segala persoalan yang sebenarnya tidak menghasilakan apa- apa selain
kesombongan diri.

Artinya
:
“ Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik
tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu
kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum
yang suka bertengkar “( Az-Zukhruf: 58 ).
Diantara
manusia ada yang suka mengobarkan
perdebatannya sampai pada tingkatan pertengkaran yang sengit. Hal semacam
itulah yang kemudia disinggung oleh Nabi Muhammad S.A.W “ Sesungguhnya orang- orang yang paling dibenci Allah adalah yang
bertengkar dengan sengit. “Permusuhan yang sengit antarmanusia terkadang
sampai membuat mereka berusaha membalikkan yang baathil menjadi yang benar, dan
yang benar menjadi bathil.didalam bukunya Ali abdul Halim mengatakan bahwa
seorang da’i tidak akan mungkin dapat melaksanakan dakwah denganbaik kecuali
jika memiliki imu,pengertian atau pemahaman, dan kebudayaan.[9]
B. Fanatisme
Menurut
Syaikh Al- islam Ibn Taimyah, menjelaskan bahwa fanatisme seseorang secara
mutlak pada suatu kelompok merupakan perbuatan orang jahiliyah. Ini jelas
dilarang dan dicela. Berbeda dengan perbuatan mencegah orang – orang zhalim
atau membantu orang dizhalimi, tanpa didorong oleh permusuhan, maka itu adalah
baik, bahkan wajib hukumnya.seorang fanatik adalah orang yang tidak melihat
selain dirinya, tidak mendengar kecuali ucapannya sendiri, dan tidak percaya
dengan orang lai dari pada kelompok mereka dan sekaligus mematok garis finish.[10]
C. Kekerasan
dan kebencian
Sebagaimana
islam menyerukan kelemah- lembutan dalam berdakwah dan bermu’amalah, islam juga
menyerukan kasih sayang dan menganggap sebagai inti dari akhlaknya. Menolak
kekerasan serta mencelanya, juga mencela orang berperangai keras. Barangsiapa
membaca sunnah- sunnah Rasul, baik perbuatan maupaun perbuatan, maka akan
menemukan metode kelemahlembutan dalam berdakwah dan berinteraksi.
Hadist dari Aisyah
Radliyallahu’Anha “ Sesungguhnya Allah
itu lembut dan menyukai kelemah- lembutan dalam segala hal “
D. Sikap
berlebihan
Sikap
berlebihan dalam agama merupakan fenome yang sering kali kita dengar dikalangan
masyarakat ataupun bisa jadi pada diri da’i itu sendiri, diantaranya ialah :
a. Tidak
mengakui pendapat orang lain
b. Saling
mengkafirkan
c. Buruk
sangka
d. Memaksa
keras untuk beramal
e. Keras
bukan pada tempatnya.
Da'i memerlukan sifat- sifat khusus yang
merupakan persyaratan baginya, sehingga da’i memahami bidang- bidang amlannya
serta memiliki keilmua yang berlebih dalam pendidikan dan juga tentunya cerdas
serta sifat persaudaraan yang tinggi.[11]
2.3 Sikap tindakan pencapain peran
Peran manajemen dakwah
sebagai pencapaian dakwah yang berkualitas tentunya sangat diperhatikan dalam
amplikasinya sebagai para da’i, baik itu peran antar pribadi , pemimpin,
hubungan, informasi, juru bicara dan motivator, dalam hal ini para pendakwah
dituntut untuk mengatasi permasalahan yang ad dalam masyarakat.
Agar wasilah mencapai
sasarannya, perlu dibahas sebagian unsur- unsur pokonya. Apabila dipelihara
dengan baik, unsur-unsur inilah yang akan mampu mengantarkannya mencapai
tujuan.bBerhati- hati jauh dari kelalaian merupakan asas yang kuat untuk
keberhasilan da’i.
Seorang da’i hendaknya
bukan saja pandai mengucapkannya namun juga harus mampu mengaplikasikan segala
ucapannya melalui tindakannya serta selalu konsisten stas segala tindakannya,
dan dalam bentuk amalan seorang da’i hendaknya menuntur amalan sesuai dengan
kondisi mad’unya sehingga ia akan mengerjakannya dengankerelaan dan kebahagian.[12]
Dengan mencermati
atondisi umat seperti itu, maka dakwah islam pada masa kini dan masa akan
datang perlu dirancang dengan sebaik- baiknya yang sesuai dengan rohani
masyarakat[13]
sikap toleransi dalam agama sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan
serta sikap fanatik,
Diantara
bidang garapan toleransi agama ini ialah penerimaan dialog islam- kristen ,
selama jelas tujuan- tujuannya, gamblang pengertiannya, dan kaummuslim yang
terlibat dalam dialog tersebut merupakan orang-orang yang memiliki kapasitas
keagamaan dan keilmuan yang memadai[14]
dalam hal ini kita akan melihat betapa besar manfaat dari sikap toleransi
tersebut, namun yang sangat disanyangkan munculnya paham liberal yang diusung
oleh tubuh dari islam itu sendiri menjadikan masyarakat resah dan
dibodoh-bodohkan dalam pemikiran toleransi yang berlebihan dengan berlandasan
dengan kekuatan pikiran.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran manajemen dakwah bagaimana da’i
mengurus masyarakat melalui keilmuan mereka dalam mengatasi segala permasalahan
yang timbul, baik itu dari antar pribadai, hubungan antar mad’u serta metode
dakwah yang digunakannnya.
Peran dakwah dapat dilihat sebagaimana
gerakan dakwah masa kini dan yang akan datang, seperti gerakan organisasi islam
yang mengusung kebenaran dan sikap yang baik yang tidak merugikan,
diantaranya,kekereasan ataupun fanatik, sikap emosional menuju rasional,
menyulitkan daripada memudahkan.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis
menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangannya, makadariitu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik mendatangnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Qhardhawi, Yusuf. 2003. Kebangkitan Gerakan Islam.Jakarta : Pustaka
Al- Kautsar
Abdul,Halim.2004. Dakwah Fardiyah.Jakarta : Gema insani
Khatib Pahlawan Kayo. 2007. Manajemen Dakwah. Jakarta : Amzah
M.Munir.2009.Manajemen Dakwah.Jakarta : Rahman Semesta
H,Muchtaroom.Zaini. Dasar- Dasar Manajemen Dakwah.Jakarta
:Al- Amin Press
[1]M.Munir,Dkk
. Manajemen Dakwah. Jakarta( kencana,2009 ) hlm 64
[2] Dr Yusuf
Qardhawi. Kebangkitan gerakan islam.Jakarta( Pustaka Al- kautsar) hlm 8
[3] Yusuf
Mansur. Membumikan Rahmat Allah. Jakarta ( Zikrul. 2007 0 hlm 52
[4] Khatib pahlawan. Manajemen dakwah. Jakarta ( Amzah :2007 ) hlm 22
[5] Loc.Cit Munir. Hlm 66
[6] Ali abdul Halim. Dakwah Fardiyah. Jakarta ( Gema insani : 2004 0 hlm
120
[7] Yusuf Qhardhawi. Loc.Cit.hlm 2
[8] Munir. Op.Cit hlm 139
[9] Abdul Halim. Loc.Cit hlm 197
[10] Yusuf Qhardhawi. Loc.Cit 240
[11] Ibid hlm 306
[12] Dakwah fardiyah.
[13] Khatib pahlawan. Manajemen dakwah.2007. Jakarta : Sinar Grafika hlm 24
[14] Yusuf qhardhawi hlm 264
No comments:
Post a Comment