Wednesday, 6 January 2016

Analisa Persoalan Dan Keputusan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap hari, setiap orang, kelompok,dan organisasi selalu dihadapkan pada masalah-masalah baik untuk perbaikan, peningkatan kinerja atau mencari peluang baru. Masalah yang sama sering kali diselesaikan dengan solusi yang berbeda karena situasi yang semakin dinamis. Hal ini membutuhkan kreativitas dalam menemukan solusi pemecahan masalah serta keputusan yang  yang tepat. Kunci utama dari kreativitas adalah kemampuan dalam menggali ide-ide, metode lain dan pendekatan alternatif untuk mencapai pemecahan masalah yang efektif dan efisien.
Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah.

1.2  Rumusan Masalah
       Dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka kami mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :
1.       Analisa Persoalan / Masalah
2.       Langkah-Langkah Dalam Menganalisis Masalah
3.       Membuat keputusan ( Decision Making )
4.      Teori Dalam Pengambilan Keputusan
5.      Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
6.      Faktor – factor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
7.      Tipe Pengambilan Keputusan
8.      Jenis-jenis Keputusan
9.      Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisa Persoalan / Masalah
menganalisa atau melakukan diagnosa terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau situasi tujuannya yaitu supaya kita bisa fokus pada persoalan  yang sebenarnya. Karna, Seringkali orang dalam melakukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut.
Agar kita bisa memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.[1]
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik :
1.      Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif harus dipisah-kan dari persepsi.
2.      Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi.
3.      Masalah harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali dapat meng-hindarkan kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas.
4.      Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
5.      Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah itu.[2]
2.2. Langkah-Langkah Dalam Menganalisis Masalah
Untuk menganalisa sebuah permasalahan, seseorang harus menggunakan beberapa langkah seperti berikut:
1.      Mengakumulasi fakta yang mungkin berkaitan dengan permasalahan tersebut.
2.      Menyelesaikannya dengan observasi apakah fakta tersebut relefan.
3.      Menemukan hubungan yang ada antara fakta yang akan memunculkan kunci atas kesulitan tersebut.
4.      Mengajukan beragam penjelasan (hipotesis) terhadap penyebab kesulitan tersebut.
5.      Mengetahui dengan menggunakan observasi dan analisis apakah penjelasan tersebut relefan dengan permasalahan tersebut.
6.      Menemukan hubungan antara penjelasan yang mungkin saja akan memberikan sebuah pandangan terhadap solusi permasalahan.
7.      Menemukan hubungan antara fakta dan penjelasan.
8.      Menanyakan asumsi-asumsi yang menggaris bawahi analisa permasalahan.
Pemeriksaan yang sungguh-sungguh mengeliminasi pemikiran yang tidak relefan dan dorongan ke pandangan akan fakta yang terkait dan penjelasan yang terdapat dalam kesulitan tersebut.
9.      Menentukan tujuan yaitu menentukan target lebih dahulu tanpa mencampuradukkan apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin dilakukan
10.  Mengumpulkan fakta yaitu dengan mempelajari catatan-catatan yang relevan, peraturan dan kebiasaan yang berlaku, membicarakan dengan orang yang bersangkutan untuk mengetahui pendapatnya
11.  Mengambil tindakan dengan mempertimbangkan :
a.       Tentukan siapa yang harus mengambil tindakan.
b.      Pertimbangkan siapa yang perlu diberi informasi tentang keputusan yang akan diambil.[3]
2.3. Membuat keputusan ( Decision Making )
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan  integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
a.       Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
b.      Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
c.       Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
d.      Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.[4]

2.4 Teori Dalam Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
a.       Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
b.      Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
c.       Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
d.      Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.

2.5. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan.
George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku :
a.      Institusi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
      Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan,yaitu :
1)      Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
Memutuskan
2)      Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
b. Pengalaman
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.[5]
c. Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
d. Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.[6]
e. Rasional
Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

2.6. Faktor – factor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
       1.      Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak memforsir tenaga). Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yg menimbulkan kesenangan.
2.      Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan. Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3.  Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri)
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6.  Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.[7]

 2.7. Tipe Pengambilan Keputusan
1.      Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau      merasa tidak sanggup.
2.      Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena keputusan tersebut dirasakan paling tepat.
3.      Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4.      Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan tergesa-gesa.
5.      Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung jawab.
6.      Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.[8]

2.8. Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
1.      Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah.[9]
2. Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting.
a)      Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.
b)      Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian)
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
c)      Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko,Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.[10]

2.9. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
1.      Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
2.      Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
3.      Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
4.      Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
5.      Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.



BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari permasalahannya. Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan. Dalam menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh.

3.2. saran
Dalam penulisan makalah ini, pemakalah menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangannya, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna agar lebih baik  untuk tugas berikutnya.




[1] Hasan, I. 2002. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal.22
[2] Wahab, Abdul Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal.34

[3] djason, Sofyan . 1993. Manajemen konflik;  SuatuPendekatan Teoritis dan Organisatoris. Yogyakarta: PT Dana    Bakti. Hal 60

[4] ibid
[5] Dirgantara, Crown. Konsep berfikir Rasional, . 2001. Grasindo. Jakarta.
[6] ibid
[7] Dirgantara, Crown. Op.cit hal 59
[8] Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada Yogyakarta. Hal. 30-32
[9] Gie the liang. Loc.cit
[10] ibid

No comments:

Post a Comment