BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
hari, setiap orang, kelompok,dan organisasi selalu dihadapkan pada
masalah-masalah baik untuk perbaikan, peningkatan kinerja atau mencari peluang baru.
Masalah yang sama sering kali diselesaikan dengan solusi yang berbeda karena
situasi yang semakin dinamis. Hal ini membutuhkan kreativitas dalam menemukan
solusi pemecahan masalah serta keputusan yang yang tepat. Kunci utama dari kreativitas
adalah kemampuan dalam menggali ide-ide, metode lain dan pendekatan alternatif
untuk mencapai pemecahan masalah yang efektif dan efisien.
Berpikir
kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang
akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir
kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu
masalah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di
atas maka kami mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Analisa Persoalan / Masalah
2.
Langkah-Langkah Dalam Menganalisis
Masalah
3.
Membuat keputusan ( Decision Making )
4. Teori Dalam Pengambilan Keputusan
5. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
6. Faktor – factor yang Mempengaruhi
dalam Pengambilan Keputusan
7. Tipe
Pengambilan Keputusan
8. Jenis-jenis Keputusan
9. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Analisa Persoalan / Masalah
menganalisa
atau melakukan diagnosa terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau
situasi tujuannya yaitu supaya kita
bisa fokus pada persoalan
yang sebenarnya. Karna, Seringkali orang dalam melakukan
pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah
tersebut.
Agar kita bisa
memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada
gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah,
diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan
demikian
diharapkan,
kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.[1]
Berikut ini
adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik :
1.
Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif
harus dipisah-kan dari persepsi.
2.
Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber
informasi.
3.
Masalah harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali
dapat meng-hindarkan kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas.
4.
Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya
ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya
dan kenyataan yang terjadi.
5.
Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas
pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah itu.[2]
2.2. Langkah-Langkah Dalam Menganalisis Masalah
Untuk menganalisa sebuah
permasalahan, seseorang harus menggunakan beberapa langkah seperti berikut:
1. Mengakumulasi fakta yang mungkin
berkaitan dengan permasalahan tersebut.
2. Menyelesaikannya dengan observasi apakah
fakta tersebut relefan.
3. Menemukan hubungan yang ada antara
fakta yang akan memunculkan kunci atas kesulitan tersebut.
4. Mengajukan beragam penjelasan
(hipotesis) terhadap penyebab kesulitan tersebut.
5. Mengetahui dengan menggunakan
observasi dan analisis apakah penjelasan tersebut relefan dengan permasalahan
tersebut.
6. Menemukan hubungan antara penjelasan
yang mungkin saja akan memberikan sebuah pandangan terhadap solusi
permasalahan.
7. Menemukan hubungan antara fakta dan
penjelasan.
8. Menanyakan asumsi-asumsi yang
menggaris bawahi analisa permasalahan.
Pemeriksaan yang sungguh-sungguh mengeliminasi pemikiran yang tidak relefan dan dorongan ke pandangan akan fakta yang terkait dan penjelasan yang terdapat dalam kesulitan tersebut.
Pemeriksaan yang sungguh-sungguh mengeliminasi pemikiran yang tidak relefan dan dorongan ke pandangan akan fakta yang terkait dan penjelasan yang terdapat dalam kesulitan tersebut.
9. Menentukan tujuan yaitu menentukan
target lebih dahulu tanpa mencampuradukkan apa yang ingin dicapai dan apa yang
ingin dilakukan
10. Mengumpulkan fakta yaitu dengan
mempelajari catatan-catatan yang relevan, peraturan dan kebiasaan yang berlaku,
membicarakan dengan orang yang bersangkutan untuk mengetahui pendapatnya
11. Mengambil tindakan dengan
mempertimbangkan :
a. Tentukan siapa yang harus mengambil
tindakan.
b. Pertimbangkan siapa yang perlu
diberi informasi tentang keputusan yang akan diambil.[3]
2.3. Membuat
keputusan ( Decision Making )
Proses pengambilan keputusan
merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan
keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.Menurut
George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
Empat strategi membantu klien dalam
mengambil keputusan :
a. Membantu klien
meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat lagi
beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap
pilihannya.
b. Membantu klien
dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan
atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
c. Membantu klien
mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati
pilihannya.
d. Membantu klien
menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.[4]
2.4 Teori Dalam Pengambilan
Keputusan
Pola dasar
berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
a. Penilaian
situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
b. Analisis
persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
c. Analisis
keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
d. Analisis
persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian
peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.
2.5. Dasar-dasar Pengambilan
Keputusan.
George
R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku :
a. Institusi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif
dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan,yaitu :
1) Pengambilan keputusan oleh satu
pihak sehingga mudah untuk
Memutuskan
2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk
masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
b.
Pengalaman
Dalam
hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang
menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.[5]
c.
Fakta
Keputusan
yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang
cukup itu sangat sulit.
d.
Wewenang
Keputusan
yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.[6]
e.
Rasional
Keputusan
yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang
dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal
masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui
saat itu.
2.6. Faktor – factor yang
Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
1.
Fisik
Pengambilan
keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak memforsir
tenaga).
Menghindari
tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yg
menimbulkan kesenangan.
2. Emosional
Biasa terjadi
pada kaum perempuan.
Sikap
subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3. Rasional
Biasa
didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai
konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan
kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai
potensi diri dan kepercayaan diri)
5. Interpersonal
Didasarkan pada
pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang dan orang lain
mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada
lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bisa mendukung maupun
mengkritik.[7]
2.7.
Tipe
Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan
keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup.
2. Pengambilan
keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena keputusan
tersebut dirasakan paling tepat.
3. Pengambilan
keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4. Pengambilan
keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan
tergesa-gesa.
5. Pengambilan
keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung jawab.
6. Pengambilan
keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai
pilihan.[8]
2.8. Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan
dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan
yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
1.
Keputusan yang
diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan
keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga
dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi
jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana
mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif
mudah.[9]
2.
Keputusan yang
tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah
keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak
dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah
karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat
kompleks dan penting.
a) Tujuan analisis
keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus
dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi
alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko
yg melekat pd keputusan tsb.
b) Keputusan dalam
Uncertainty (ketidakpastian)
Pengambilan keputusan dalam
ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil
potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian
pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam
peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas
peristiwa.
c) Keputusan dalam
situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan
mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak;
Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga
dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan
inventori sederhana dalam keadaan ada resiko,Kriteria nilai harapan (expected
value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan
inventori sederhana.[10]
2.9. Jenis-jenis
Pengambilan Keputusan
1.
Pengambilan
keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat
apa-apa.
2.
Pengambilan
keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat
dalam langsung diputuskan.
3.
Pengambilan
keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera
dilaksanakan.
4.
Pengambilan
keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya
saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau
tergesa-gesa.
5.
Pengambilan
keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain
yang bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai
suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain
sebagai pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah,
baik secara individual maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya
maupun secara organisasional. Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam
tergantung dari permasalahannya. Secara garis besarnya proses pengambilan
keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu penemuan masalah, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan. Dalam menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih
dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari masalah yang dirinci kemudian
disusun manalah yang bulat dan menyeluruh.
3.2. saran
Dalam penulisan makalah ini, pemakalah menyadari
masih banyak kesalahan dan kekurangannya, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna agar lebih baik untuk tugas berikutnya.
[2] Wahab, Abdul Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan
Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal.34
[3] djason, Sofyan .
1993. Manajemen konflik; SuatuPendekatan Teoritis dan Organisatoris. Yogyakarta: PT Dana
Bakti. Hal 60
[4] ibid
[6]
ibid
[7] Dirgantara,
Crown. Op.cit hal 59
[9] Gie the liang. Loc.cit
[10]
ibid
No comments:
Post a Comment