BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kewajiban
kita adalah menyatukan berbagai potensi itu semuanya demi kejayaan
tugas dan amanah dakwah ini dan bukan sebaliknya iaitu membuatkan orang yang
terjun dalam dunia dakwah bersikap putus asa dan takut.
Jika
kita menemui kekurangan pada seseorang itu, tugas kitalah untuk melengkapi dan
menutup kekurangan tersebut sehingga seluruh potensi dan kemampuan umat
bahu-membahu dalam perkara ini.
Banyak
sekali ayat, hadits dan peristiwa pada zaman Nabi, sahabat, dan salafus-soleh
yang membenarkan perkara ini.
Salah satunya adalah kisah seorang lelaki yang
diceritakan dalam surah Yasin ayat 20. Al-Qur’an mengisahkan tentang seorang
lelaki yang bukan nabi, rasul dan bukan pula ulama’, tapi hanya orang biasa (awam) yang terlibat aktif dalam mendukung dakwah.
Allah swt menyanjung dan memberikan balasan syurga kepadanya.
B. Rumusan masalah
1. Apakah Pengertian
dakwah ?
2. Apakah pengertian
tarbiyah?
3. Bagaimana
pergerakan tarbiyah?
4. Apakah pengertian
dakwah islamiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dakwah
Dakwah
adalah mengajak manusia untuk melakukan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran,
hal ini merupakan perintah Allah swt, yang harus dikerjakan oleh setiap orang
yang beriman, seperti yang dikemukakan dalam Al-qur’an dalam surah Ali-Imran :
104
“Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Pada ayat di atas
Allah menghendaki ada satu kelompok ummat yang menyeru kepada yang Ma’ruf:
yaitu segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; dan
melarang kemungkaran yaitu segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya. (Allah).
Dalam melakukan
dakwah tidak mesti harus menguasai ilmu Agama Islam sepenuhnya lalu
kemudian baru kita melakukan dakwah, malah Nabi Muhammad pernah memerintahkan
kepada ummatnya untuk melakukan dakwah yaitu mengajak manusia
kepada Islam sekalipun hanya sepenggal ayat,sebagaimana sabda Rasul dalam
hadits “ sampaikanlah dari padaku walaupun hanya satu ayat”.
Sasaran dakwah
berbeda dalam banyak hal, termasuk latar belakang sosialnya, tingkat
ekonominya, pendidikan , sehingga memerlukan strategi yang berbeda dalam
menyampaikan dakwah kepada mereka.
Allah berfirman
dalam Al-qur’an surah An-nahl :125
Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dengan
memperhatikan kondisi ummat sebagai obyek dakwah, kecendrungan perkembangannya,
permasalahan dakwah yang dihadapi maka perlu dikembangkan strategi dakwah
sebagai acuan pelaksanaan kegiatan dakwah persyarikatan khususnya dan ummat
Islam pada umumnya.
Strategi umum dalam
bidang dakwah terbagi atas 4 bagian yaitu :
- Strategi umum
Strategi umum
ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Meningkatkan
pemahaman dan penghayatan aqidah Islamiyah dikalangan warga persyarikatan dan
ummat, sehingga mampu menumbuhkan pemikiran dan perilaku yang islami, dalam hal
ini perlu mendahulukan (memprerioritaskan ) pembinaan Aqidah disamping aspek
yang lain.
b. Mengembangkan
kesadaran dikalangan persyarikatan dan ummat, terutama para pemimpin tentang
tiga tantangan utama yang dihadapi dakwah islamiyah, sekularisasi,kristenisasi,
nativisasi. Meningkatkan sensitivitas ummat terhadap perjuangan/dakwah,
termasuk meningkatkan komitmennya terhadap perjuangan.
c. Meningkatkan
dan membiasakan mekanisme prencanaan dan penorganisasian kegiatan dakwah setiap
eselon kepemimpinan persyarikatan .
d. Mendudukkan
kedudukan kegiatan salibisasi di Indonesia, dalam segala bentuknya, sebagai
“masalah serius“ bersama yang perlu dihadapi oleh seluruh kekuatan dakwah dalam
“bidang garap bersama“.Dengan cara penyamaan persepsi dan penyusunan prencanaan
kegiatan “counter” bersama. Dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan itu perlu
digali dan ditingkatkan validitasnya serta dimasyarakatkan.
e. Mengembangkan
sistim informasi yang mampu menjangkau warga persyarikatan dan ummat secara
luas dan menumbuhkan komunikasi yang efektif. Upaya pengembangan informasi ini
terutama dalam rangka “meluruskan“ distorsi informasi tentang islam dan
ummat Islam.
2. Strategi
Kontekstual
Strategi ini
meliputi :
ü Perlunya disegarkan kembali pemahaman warga persyarikatan dan
ummat dan dai tentang pengertian dan hakekat dakwah , suatu
pemahaman yang secara actual terkait dengan keadaan masyarakat.
Untuk itu diperlukan pergeseran orientasi dari medan dakawah komvensional
yaitu tabligh dalam makna sempit , menjadi dakwah dalam segala aspek kehidupan
, meliputi dialog amal, dialog seni , dialog budaya (nilai) dialog
intelektual.
ü Untuk merealisasikan fungsi kerahmatan dakwah, diperlukan
pengembangan nilai-nilai agama menjadi konsep-konsep yang operasional dalam
masyarakat suatu upaya penyeimbangan pendekatan obyektif dan subyketif terhadap
pandangan Islam.
Pemahaman subyekti
Islam akan menimbulkan kesadaran tentang makna Islam sebagai pandangan hidup (
Islam sebagai sumber nilai). Sementara pemahaman obyektif berarti menjabarkan
nilai-nilai tersebut dalam realitas sosial yang ada ( Islam sebagai konsep),
atau dengan ungkapan lain melakukan interprensi ajaran secara kreatif
proporsional dikaitkan dengan kehidupan manusia, alam dan sejarah.
ü Mengembangkan nilai-nilai ruhaniah yang memberikan rasa aman
kepada masyarakat dalam rangka menghadapi ekses moderenisasi, terutama yang
menyangkut pergerseran system nilai sebagai akibat pengemabangan sosial budaya.
ü Mendorong ulama, cendekiawan dan budyawan Islam untuk
mengembangkan gagasan – gagasan filsafat, ilmiah, dan cultural untuk menjawab
tantangan intelektual dunia modern dalam rangka perang intelektual.
3. Strategi
Perencanaan dan Pendekatan
Secara umum perlu
dilakukan peninjauan kembali orientasi perencanaan dakwah yang selama ini
dilakukan. Kalau semula prencanaan bersifat sentrifugal yaitu metode dan
pengolahan pesan ditentukan (menurut selera) dai’ maka perlu dirubah agar
beriorientasi sentripetal yaitu mendudukkan :
(a)
Permasalahan dakwah
(b)
Kondisi lingkungan dakwah sebagai
hal yang lebih menentukan dalam proses prenacanaan .
Strategi
kebijaksanaan dibidang prencanaan perlu dikembangkan dengan pendekatan
pemecahan masalah. Untuk itu berarti diperlukan informasi yang memadai
tentang :
- Permasalahan dakwah yang dihadapi
- Kondisi obyek beserta setting masyarakat dan linkungannya
- Kondisi subyek dakwah ( dai’dan lembaga)
- Sarana dan factor lain
Strategi
kebijaksanaan dibidang pendekatan (metodologi) dan prencanaan dakwah secara
rinci adalah sebagai berikut :
- Peninjauan kembali pendektan dakwah dengan upaya sentral yaitu :
- Prencanaan yang berorientasi pada pemecahan masalah yang didasarkan atas cirri obyek dan lingkungan dakwah dan
- Pengkoordinasian kegiatan dakwah secara lebih profesioanl
2. Mengembangkan
system pemantauan, pengakjian, analisis dan markas dakwah dalam suatu lembaga
khusus (laboratorium dakwah) debagai pembantu pimpinan Persyarikatan , lembaga
ini bertugas menyiapkan bank data dan peta dakwah sebagai sarana prencanaan dan
memberikan konsultasi pada pelaksanaan dakwah dilapangan.
- Mengembangkan upaya-upaya pengadaan informasi dakwah dengan berbagai cara termasuk di dalamnya kegiatan penelitian dakwah (penelitian dalam rangka prencanaan , planning research).
- Memanfaatkan secara optimum peraturan dan hukum fositif serta lembaga yang ada baik pemerintah maupun swasta untuk kepentingan dakwah.
- Pengembangn model-model dakwah khusus (yang menyankut pendektan, metode, pengolahan pesan ) untuk obyek-obyek dakwah tertentu . Dalam kaitan ini maka pengembagan media dakwah perlu mendapat penekanan dalam prencanaannya.
- Pengembangan model-model atau pendekatan dakwah seni budaya.
- Meningkatkan dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai lembaga dakwah Islamiyah, baik organisasi formal maupun informal.
- Strategi Khusus
Khusus untuk obyek
dakwah kalangan dua’fa dan muallaf, diperlukan kegiatan dakwah yang dapat
menstimulasi jiwa untuk menimbukan harga diri dan sikap serta prilaku yang
mandiri, Bentuk-bentuk penyantunan setidaknya menyakut dua hal, yaitu :
- Memberikan kemampuan dasar atau kterampilan agar mampu berkarya secara mandiri (proses babilasi.
- Member jalan agar kemampuan/keteranpilan tersebut dapat membuahkan kenyataan dalam menopang kehidupannya misalnya mengembangkan system pemasaran bagi jasa atau barang mereka (proses validasi)
Dengan demikian
bentuk-bentuk dakwah untuk golongan ini akan lebih banyak bersifat da`wah bil
hal (dialog amal). Khusus
untuk generasi muda disamping penanaman aqidah yang benar perlu diperhatian
khusus pada beberapa hal yaitu :
- Masalah pergeseran nilai terutama yang menyangkut masalah akhlak (erosi akhlak)
- Penyadaran tentang makna dan peran mereka dimasa depan termasuk tanggungjawab keberagamannya (dakwah)
- Pengembangan model-model pendekatan dakwah sesuai dengan tingkat kematangan jiwa mereka (bila memungkinkan diadakan penelitian/uji coba)
Khusus untuk kaum
inteletual dan dunia kampus dakwah dikembangkan dengan memberikan perhatian
khusus pada :
- “Counter dialoque”terhadap nilai sekularisme dan rasionalisme
- Penelusuran kecendrungan pandangan dikotomi agama dengan ilmu
- Bahan bacaan/kajian
- Penyadaran tentang peran dan tanggung jawab mereka terhadap masa depan agama dan dakwah
Khusus untuk
kelompok dakwah ‘umara’, pejabat dan kelompok eksekutif perlu dikembangkan
kegiatan dakwah dengan perhatian khusus pada :
- Pengembangan rasa aman termasuk tuntunan penyantunan spiritual yang islami
- Peningkatan kepekaan dan tanggungjawab mereka sebagai muslim.
- Peningkatan komitmen terhadap agama dan tanggungjawab dakwah mereka
Khusus untuk
kelompok marjinal dan abangan perlu dikembangkan pendekatan positif konstruktif
dengan cara :
- Meniadakan jarak psiko-sosial mereka dengan ummat Islam
- Meletakkan kelompok masyarakat tersebut sebagai subkultur ummat, dengan demikian perbedaan mereka dengan santri dan bukan santri bukan sesuatu yang antagonistic. Tuntunan hidup spiritual yang islami perlu dilakukan sebagai tarikan kecondongan mereka pada nativisme.
Khusus untuk mereka
yang belum Islam (ummat dakwah) perlu dikembangkan model-model dakwah yang
menunjukkan keluhuran ajaran Islam sekaligus sebagai counter terhadap distorsi
informasi tentang Islam dan ummatnya yang mereka dapatkan.
Tegantung pada dari lapis sosial mana, dakwah dapat berupa dialog amal, dialog
budaya, dialog inteletual dan bahkan dialog bisnis.
Pengembangan dan
prencanaan yang khsus dakwah untuk :
transmigrasi, masyarakat
suku terasing dan buruh ,
tani dan nelayan serta kelompok masyarakat terugikan yang lain sebagai
paket-paket khsusus.
Pengembangan dakwah keluarga dengan tujuan utama
pembinaan keluarga sakinah dalam berbagai aspeknya dan menjadikan tiap keluarga
muslim sebagai benteng pertahanan dakwah.
B.
Pengertian tarbiyah
Tarbiyah
dalam definisi Muhammad Quthb dalam Manhaj Tarbiyah Islamiyah adalah “Seni
Membentuk Manusia. Anis Matta
sendiri dalam bukunya tersebut, mengartikan makna Tarbiyah sebagai pendidikan.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa Gerakan Tarbiyah atau gerakan
pendidikan adalah gerakan dalam membentuk, mengajarkan atau menanamkan
nilai-nilai Islam kepada anak, siswa ataupun orang-orang yang kita tuju dalam
kepentingan dakwah.
Dalam
kehidupan pribadi atau masyarakat, pendidikan (tarbiyah) bisa dipastikan
menduduki posisi yang sangat penting. Sebab melalui proses pendidikan pribadi
seorang dapat tumbuh dan berkembang secara baik, sesuai yang diharapkan.
Tarbiyah dapat membentuk kepribadian seseorang selaras dengan nilai-nilai dan
prinsip yang mendasarinyasehingga menjadi kepribadian yang sepenuhnya
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip Islam.
C.
Pergerakan tarbiyah
Sekitar
awal tahun 1998, tepatnya 20 Juli 1998, kader-kader gerakan tarbiyah mendirikan
partai politik Islam yaitu Partai Keadilan (PK) yang kemudian berganti nama
menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di tahun 2001. Meski telah
bertransformasi menjadi partai politik, metode pembinaan yang digunakan PKS
tetap mengacu pada sistem pengkaderan dakwah tarbiyah. Ada berbagai pihak
menilai, kuatnya penguasaan gerakan tarbiyah terhadap lembaga dakwah formal
kampus kampus dan sekolah-sekolah ini telah memberikan keuntungan politik
berupa dukungan para aktivis dakwah terhadap PKS.
Hal ini pun diakui oleh Nur Hasan Zaidi. Wakil Sekjen DPP PKS, dimana PKS, dalam perjalanannya, memilih gerakan tarbiyah sebagai modelnya. Pola gerakan ini tidak hadir dengan tiba-tiba, tapi telah dirintis oleh anak-anak muda sekitar tahun 80-an. Gerakan tarbiyah sebagai sarana yang paling efektif untuk melakukan introspeksi dan penyadaran Islam terhadap generasi muda; menumbuhkan semangat berdakwah sambil belajar kesabaran mengadapi kediktatoran orde baru; mengajak ke jalan dakwah, dengan menghindari lawan arus terhadap orang yang belum mengapresiasi Islam.
Hal ini pun diakui oleh Nur Hasan Zaidi. Wakil Sekjen DPP PKS, dimana PKS, dalam perjalanannya, memilih gerakan tarbiyah sebagai modelnya. Pola gerakan ini tidak hadir dengan tiba-tiba, tapi telah dirintis oleh anak-anak muda sekitar tahun 80-an. Gerakan tarbiyah sebagai sarana yang paling efektif untuk melakukan introspeksi dan penyadaran Islam terhadap generasi muda; menumbuhkan semangat berdakwah sambil belajar kesabaran mengadapi kediktatoran orde baru; mengajak ke jalan dakwah, dengan menghindari lawan arus terhadap orang yang belum mengapresiasi Islam.
Mencermati dan
menganalisa munculnya gerakan Gerakan Tarbiyah dan peranannya dalam
perpolitikan nasional bukanlah hal yang mudah. Salah satu sebabnya adalah
gerakan yang muncul pada pertengahan tahun 1980-an ini -hingga berubah menjadi
kekuatan nasional yang diperhitungkan- dirintis oleh pioner-pioner yang
bukanlah merupakan figur-figur yang sebelumnya dikenal publik secara luas.
Mereka itu tidak lain hanyalah anak-anak muda biasa yang berkeinginan untuk
mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan yang mereka yakini sebagai ajaran agama
yang universal dan menyeluruh dengan sedikit upaya untuk memperluas kesadaran
keagamaan itu dalam berbagai aspek kehidupan termasuk politik.
Terkait dengan partai politik, dalam kegiatan tarbiyah, diberikan materi saluran politik yang bertujuan agar peserta tarbiyah dapat mengetahui hak-hak sosialnya dalam dunia politik, membandingkan beberapa saluran politik untuk melihat kelebihan, kesamaan, dan kekurangannya dengan objektif, memilih saluran politik dengan benar yang sesuai dengan aspirasinya, dan terlibat aktif untuk menyalurkan ide-idenya dalam memperbaiki masyarakat pada saluran politik yang dipilihnya. Ciri khas gerakan tarbiyah ini adalah membentuk halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) kecil yang terdiri dari lima hingga dua belas orang anggota (mutarabbi) dibimbing oleh seorang murabbi bahkan dalam realisasinya satu atau dua orang anggota pun jadi untuk dikader dan dibina sehingga memiliki wawasan keislaman yang kuat. Contoh lainnya dari proses kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh PKS yaitu dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan/Daurah. Dari berbagai jenis daurah tarbiyah (sarana untuk membekali peserta tarbiyah dengan pengalaman untuk pengembangan keahlian dan pengetahuan),.
Terkait dengan partai politik, dalam kegiatan tarbiyah, diberikan materi saluran politik yang bertujuan agar peserta tarbiyah dapat mengetahui hak-hak sosialnya dalam dunia politik, membandingkan beberapa saluran politik untuk melihat kelebihan, kesamaan, dan kekurangannya dengan objektif, memilih saluran politik dengan benar yang sesuai dengan aspirasinya, dan terlibat aktif untuk menyalurkan ide-idenya dalam memperbaiki masyarakat pada saluran politik yang dipilihnya. Ciri khas gerakan tarbiyah ini adalah membentuk halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) kecil yang terdiri dari lima hingga dua belas orang anggota (mutarabbi) dibimbing oleh seorang murabbi bahkan dalam realisasinya satu atau dua orang anggota pun jadi untuk dikader dan dibina sehingga memiliki wawasan keislaman yang kuat. Contoh lainnya dari proses kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh PKS yaitu dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan/Daurah. Dari berbagai jenis daurah tarbiyah (sarana untuk membekali peserta tarbiyah dengan pengalaman untuk pengembangan keahlian dan pengetahuan),.
Dengan
kata lain Islam dalam konsepsi para aktifis Partai Keadilan Sejahtera adalah
sebuah sistem hidup yang universal, mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam
adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, rahmat
dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan peradilan, materi dan
sumber daya alam, usaha dan kekayaan, jihad dan dakwah, tentara dan fikrah, akidah
yang lurus dan ibadah yang benar.
D. Pengertian
Dakwah Islam
Hasmi menyatakan bahwa, dakwah Islamiah adalah kegiatan mengajak orang untuk
meyakini, serta mengamalkan akidah dan syari’ah Islamiah, maka konsepsi Islam
terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan pendakwah sendiri. Dalam pandangan
A. Munir Mulkan bahwa, kegiatan dakwah dapat dikatakan sebagai aktualisasi atau
realisasi salah satu fungsi kodrati muslim. Fungsi kerisalahan berupa proses
pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani,
dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup
Dengan demikian, dakwah Islamiah
adalah suatu usaha dalam proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati
ajaran-ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
a.
Tujuan Dakwah Islam
Tujuan dakwah adalah terwujudnya proses perubahan objek dakwah dalam segi tingkah laku dan kehidupan, sesuai
dengan Islam. Perubahan itu meliputi tingkah laku jasmani, akal, adat, sikap,
dan lain-lainnya. Perubahan itu pula meliputi aspek kehidupan masyarakat, baik
dalam aspek budaya, spiritual, ekonomi, dan lain-lain (H. Dzikron Abdullah Dan disamping itu, dakwah juga bertujuan untuk kebaikan
pribadi dan masyarakat. Dengan ajaran amar ma’ruf nahi munkar, mengajar serta
menyampaikan dakwah bagi orang yang mengetahuinya diharapkan dapat terwujud
kebaikan tersebut. Di samping itu, dalam Islam diyakini bahwa menuntut ilmu
adalah wajib dan mengajarkannya adalah sodakoh, sedangkan kegiatan meneliti
adalah berjihad (Abdullah Syihata, 1986: 7).
b. Unsur-unsur Dakwah Islam
Unsur-unsur dakwah dalam kaitannya
dengan sistem informasi dakwah, pada hakikatnya tidak memiliki perbedaan dengan
unsur-unsr dakwah. Dalam Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Pendekatan Filosofis &
Praktis karya Enjang AS, unsur-unsur dakwah dalam proses dakwah terdiri
dari da'i (pelaku dakwah), maudu' (materi dakwah), uslub (metode dakwah),
washilah (media dakwah), mad'u (objek dakwah) dan tujuan dakwah. Semua ini
adalah unsur pokok dakwah yang berarti harus ada dan tidak bisa dipisahkan
dalam proses dakwah sendiri, peran masing-masing unsur amat berkaitan dan
saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Ada juga yang disebut sebagai
iltizam, yaitu unsur dakwah yang melekat dalam proses dakwah, yakni konteks
dakwah dan respon balik atau feedback.
a.
Da’i, adalah dalah orang yang
melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik
secara individu, kelompok atau lewat organisasi
maupun lembaga Dalam hal ini istilah da`i bermakna umum. Namun demikian
da`i sering disebut sebagai khatib (yang berkhutbah) dan atau mubaligh (juru
penyampai ajaran Islam) dengan pengertian khusus.
b.
Mad’u adalah masyarakat penerima
dakwah, sasaran dakwah atau kepada siapa dakwah ditujukan, merupakan kumpulan
dari individu di mana benih materi dakwah akan ditabur Mad’u adalah manusia
yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun
tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
c.
Maudu’ atau maddah adalah isi pesan atau materi atau
ideology dakwah yang disampaikan da`i kepada mad` Maddah dakwah itu berupa
Ajaran Islam itu sendiri. Pijakan pokok dari ajaran Islam yaitu Al-Qur`an dan
as-Sunnah Rasulullah Saw.
d.
Washilah/media dakwah adalah alat
yang digunakan untuk menyampaikan ajaran
islam kepada umat, Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima
macam, yaitu lisan tulisanlukisan/gambar/karikatur, audiovisual, misalnya televisi, radio,
internet ,akhlak,
bahwa melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam yang
secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.
Metode adalah suatu cara yang di
tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan
suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia. Metode dakwah adalah jalan
atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah
islam.
c. Problematika Dakwah Islam
Mendakwahkan Islam berarti
memberikan jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Karenanya dakwah Islam selalu
terpanggil untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dan akan
dihadapi oleh umat manusia. Meskipun misi dakwah dari dulu sampai kini tetap
pada mengajak umat manusia ke dalam sistem Islam, namun tantangan dakwah berupa
problematika umat senantiasa berubah dari waktu kewaktu.
Permasalahan yang dihadapi oleh umat
selalu berbeda baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun demikian,
permasalahan-permasalahan umat tersebut perlu diidentifikasi dan dicari solusi
pemecahan yang relevan dan strategis melalui pendekatan-pendekatan dakwah yang
sistematis, smart, dan profesional.
Persoalan yang kita hadapi sekarang
adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Tantangan itu muncul dalam
berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam
mendapatkan hiburan, kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin
membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan
teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng
pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi.
Sedangkan faktor internal adalah
berkembangnya organisasi atau lembaga Islam yang masing-masing mempunyai visi
dan misi sehingga dapat saling berbenturan. Perbedaan paham inilah yang
melahirkan sikap antipati, saling menghujat dan menghakimi, ataupun anarkhisme
lainnya.
Dakwah dengan pendekatan kultural
salahsatu jawaban untuk berbagai masalah dakwah terutama untuk menangani
aliran, paham, dan gerakan keagamaan di Indonesia, yaitu: pertama,
dakwah yang bersifat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif
dan kreatif tanpa menghilangkan aspek substansial keagamaan.
Kedua, menekankan pentingnya
kearifan dalam memahami kebudayaan komunitas tertentu sebagai sasaran dakwah.
Jadi, dakwah kultural adalah dakwah yang bersifat buttom-up dengan melakukan
pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan nilai-nilai spesifik yang dimiliki
oleh sasaran dakwah. Lawan dari dakwah kultural adalah dakwan struktural, yaitu
dakwah yang menjadikan kekuasaan, birokrasi, kekuatan politik sebagai alat
untuk memperjuangkan Islam. Karenanya dakwah struktural lebih bersifat
top-down.
Secara sunnatullah, setiap komunitas
manusia, etnis, dan daerah memiliki kehasan dalam budaya. Masing-masing
memiliki corak tersendiri dan menjadi kebanggaan komunitas bersangkutan. Dalam
melakukan dakwah Islam corak budaya yang dimiliki oleh komunitas tertentu dapat
dijadikan sebagai media dakwah yang ampuh dengan mengambil nilai kebaikannya
dan menolak kemungkaran yang terkandung dalamnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah Islamiah adalah kegiatan mengajak orang untuk
meyakini, serta mengamalkan akidah dan syari’ah Islamiah, maka konsepsi Islam
terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan pendakwah sendiri. Dalam pandangan
A. Munir Mulkan bahwa, kegiatan dakwah dapat dikatakan sebagai aktualisasi atau
realisasi salah satu fungsi kodrati muslim. Fungsi kerisalahan berupa proses
pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani,
dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup
Dengan demikian, dakwah Islamiah adalah suatu usaha dalam
proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran-ajaran Islam guna
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat
B.
Saran
Mungkin makalah yang kami selesaikan ini jauh
dari kesempurnaan, jadi kami minta kritik atau saran nya, agar makalah yang
selanjutnya bisa lebih baik dari makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Ya'qub, Publisistik Islam Tekhnik
Dakwah dan Leadership, Bandung:
Diponegoro1981
Harahap, Syahrin, Konsep dan Implementasi Pemberdayaan,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.
Kontowijoyo,
Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, Yogyakarta: Salahudin Press, 1985.
Anwar, Butir-Butir Problematika Dakwah
Islamiyah, Surabaya: Bina Ilmu, 1992
Mulkhan, Abdul Munir, Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan
M. Natsir dan Azhar Basyir, Yogyakarta: Sipress, 1996.
depo pulsa terbaru
ReplyDeletePermasalahan yang dihadapi oleh umat selalu berbeda baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Winning303 Arena Sabung Ayam Terpopuler yang menghadirkan Ayam Ras Juara dan Ras-ras Terkuat..Pertarungan yang sangat seru bakal di hadirkan disini...
ReplyDeleteWinning303 juga menyediakan permainan lain
1. Sportbooks
2. Live Casino
3. Slot Online
4. Lottery/Togel
5. Poker Online
6. Tembak Ikan
7. RNG
Yang pastinya tidak kalah seru dengan permainan lainnya...
cukup 1 User ID untuk semua permainan..Gak Pake Ribet...
Ayo Langsung bergabung dengan kami...
Customer Service 24 Jam
Hubungi Kami di :
WA: 0877 8542 5244
TELEGRAM : Winning303
Deposit pulsa tapi kena potongan?
ReplyDeleteAda nih promo judi pulsa online tanpa potongan
Jadi tunggu apalagi kawan join GRATIS
Info hub
WA:0812 2222 996